Mataram NTB - Jenazah Santriwati Asal Ende selatan Nusa Tenggara Timur (NTB), korban dugaan Penganiayaan di Pondok Pesantren Al-Aziziyah akhirnya sepakat dibawa pulang keluarganya ke daerah asalnya NTT.
Jenazah Santriwati kelas II SMP di Ponpes yang beralamat di Kecamatan Gunungsari tersebut oleh kedua orang tuanya sepakat untuk dimakamkan ke NTT setelah sebelumnya menjalani proses Otopsi di Rumah Sakit Bhayangkara Polda NTB untuk mengetahui secara jelas penyebab timbulnya rasa sakit yang mengakibatkan korban meninggal dunia.
Berdasarkan keterangan yang disampaikan Kasat Reskrim Polresta Mataram Kompol I Made Yogi Porusa Utama SE., SIK., MH., bahwa, Jenazah NI rencana akan dipulangkan besok pagi (30/06/2024) menggunakan darat.
Terkait biaya dari proses otopsi Jenazah SI hingga mempersiapkan Ambulance untuk diberangkatkan ke NTT, Sat Reskrim Polresta Mataram berkolaborasi dengan pemerhati anak seperti PBHM NTB; UTPD PPA NTB; UPTD PPA LOBAR, SANTAI NTB; GAGAS; LPA Mataram; LPA NTB; LARD NTB, dan PBHBM memfasilitasi kepulangan Jenazah dan keluarga Korban ke Ende Selatan Nusa Tenggara Timur.
“Kami bersama rekan-rekan dari lembaga Perlindungan Anak serta Kelompok Pemerhati Perempuan dan Anak yang ada di NTB membantu secara bersama-sama memfasilitasi kepulangan jenazah ke tanah kelahirannya di Nusa Tenggara Timur, “ucap Pria yang Kerap disapa Yogi ini.
Menurutnya, apa yang dilakukan bersama rekan-rekan dari berbagai lembaga ini bentuk kepedulian terhadap sesama, begitu pula dengan kehadiran Polri dari Satuan Reskrim Polresta Mataram merupakan wujud kepedulian terhadap masyarakat sehingga apapun yang dilakukan terkait bantuan kepulangan jenazah santriwati ini adalah semata-mata bakti kemanusiaan Polri terhadap warga masyarakat.
Baca juga:
Menko PMK Kunjungi RSUD NTB
|
“Kami berharap apa yang kami lakukan dengan kolaborasi ini dapat membantu keluarga almarhumah, “ tutupnya.
Sementara itu Ibu Kandung Almarhumah, Raodah menyampaikan Terima kasih kepada semua lembaga yang telah membantu keluarganya, terutama kepada Polresta Mataram melalui Sat Reskrim telah banyak membantu terkait kepulangan jenazah anaknya.
“Terima kasih khususnya kepada Kasat Reskrim Polresta Mataram dan lembaga lainnya yang telah membantu dalam proses ini dari semenjak masuk RS hingga memfasilitasi kepulangan kami, ”ucapnya.
Ia mengaku bahwa pihak Ponpes sempat menawarkan sejumlah uang sebagai ucapan bela sungkawa, tetapi Ia dengan tegas menolak untuk menerima.
“Ya, sempat ditawari ucapan belasungkawa, tetapi kami dan keluarga lainnya menolak, “ cetusnya.
Ibu berusia 50 tahun yang berprofesi Guru ini sangat berharap kepada kepolisian agar dugaan kasus ini bisa diungkap.
“Saya hanya ingin tau siapa yang melakukan ini, “ Pungkasnya. (Ada)